Diketahui, saat ini posisi Veronica Koman berada di Australia. Selain sedang menempuh studi hukum, dia juga tinggal bersama suaminya yang juga warga negeri kanguru tersebut. Lantaran tetap mangkir dari panggilan, Polda Jatim akan menyiapkan status Daftar Pencarian Orang (DPO) pada Veronica Koman.
Setelah ditetapkan sebagai DPO, korps bhayangkara itu akan berkirim surat pada Australian Federal Police (AFP) untuk membawa Veronica ke Kedutaan Besar RI di Australia atau ke Kepolisian. “Kita akan tindak lanjuti untuk (status) DPO-nya (Veronica Koman),” katanya, Rabu (18/9/2019).
Jika sudah ditetapkan DPO Veronica Koman ternyata tetap tidak bisa dihadirkan, maka Polda Jatim akan mengirimkan red notice. Red notice adalah permintaan untuk menemukan dan menahan sementara seseorang yang dianggap terlibat dalam kasus kriminal.
Red notice ini, nantinya akan digelar lebih dulu di Perancis. Setelah dianggap memenuhi penetapan, mana red notice akan di sebarkan ke 190 negara. “Jika red notice dikeluarkan, maka yang bersangkutan tidak akan bisa kemana-mana lagi,” kata Kapolda Jatim, Irjen Pol Luki Hermawan beberapa waktu lalu.
Dalam perkara ini, Veronica Koman ditetapkan sebagai tersangka oleh Polda Jatim karena dianggap telah menyebarkan hoaks dan provokasi dalam kaitannya dengan Papua. Dia dijerat pasal di UU tentang ITE, KUHP 160, UU Nomor 1 tahun 1946 dan UU Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis.
Sebelumnya, Polda Jatim mengantongi sejumlah alat bukti hingga akhirnya menetapkan Veronica Koman sebagai tersangka. Polda Jatim menganggap Vero, panggilan karib Veronica Koman terlibat aktif dalam provokasi insiden pengepungan di asrama Papua Jalan Kalasan.
Sebelum menetapkan Vero sebagai tersangka, pihaknya sudah memeriksa 6 orang saksi. Tiga saksi diantaranya adalah saksi ahli. "Tersangka (Veronica Koman) ini aktif menyebarkan provokasi dan hoax lewat twitter," kata Luki.
Jenderal bintang dua ini menambahkan, setidaknya ada sejumlah postingan Veronica di media sosial yang dianggap Polda Jatim provokatif dan hoax. Diantaranya, ketika ada pengepungan di asrama Papua oleh Organisasi Kepemudaan (OKP), polisi melakukan tembakan ke arah asrama sebanyak 23 kali tembakan.
Kemudian ada juga tembakan gas air mata. Bahkan, di postingan tersangka juga menyebutkan ada salah satu mahasiswa yang terkena tembakan. "Semua postingan tersangka yang bernada provokatif ini dalam bahasa Inggris," ujar Luki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar